Selasa, 02 April 2013

KEJANG PADA ANAK


KEJANG

A.    Definisi Kejang
1.      Kejang pada bayi baru lahir adalah kejang yang timbul dalam masa neonatus atau dalam 28 hari sesudah lahir. Kejang ini merupakan tanda penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang tersebut, yang dapat mengakibatkan gejala sisa yang menetap dikemudian hari. Bila penyebab tersebut diketahui harus segera diobati. Hal yang penting dari kejang pada bayi baru lahir ialah mengenal kejangnya, mendiagnosis penyakit penyebanya dan memberi pengobatan terarah, bukan hanya mencoba menanggulangi kejang tersebut dengan obat antikonvulsan.

2.       Kejang pada neonatus ialah suatu gangguan terhadap fungsi neurologis seperti tingkah laku, motorik, atau fungsi otonom. Periode bayi baru lahir (BBL) dibatasi sampai hari ke-28 kehidupan pada bayi cukup bulan, dan untuk bayi prematur, batasan ini biasanya digunakan sampai usia gestasi 42 minggu. Kebanyakan kejang pada BBL timbul selama beberapa hari. Sebagian kecil dari bayi tersebut akan mengalami kejang lanjutan dalam kehidupannya kelak. Kejang pada neonatus relatif sering dijumpai dengan manifestasi klinis yang bervariasi. Timbulnya sering merupakan gejala awal dari gangguan neurologi dan dapat terjadi gangguan pada kognitif dan perkembangan jangka panjang.

B.     Etilogi Kejang
Neuron dalam susunan saraf pusat (SSP) mengalami depolarisasi sebagai akibat dari masuknya kalium dan repolarisasi timbul akibat keluarnya kalium. Kejang timbul bila terjadi depolarisasi berlebihan akibat arus listrik yang terus menerus dan berlebihan.
Volpe mengemukakan empat kemungkinan alasan terjadinya depolarisasi yang berlebihan yaitu :
a.       Gagalnya pompa natrium kalium karna gangguan produksi energi
b.      Selisih relatif antara neurotransmitter eksitasi dan inhibasi
c.       Defisiensi relatif neurotransmitter inhibisi dibanding eksitasi
d.      Perubahan membran neuron menyebabkan hambatan gerakan natrium
e.       Tetapi, dasar mekanisme kejang pada neonatus masih belum dapat diketahui dengan jelas.

Ada banyak penyebab kejang pada neonatus, yaitu :
1.      Bayi tidak menangis pada waktu lahir adalah penyebab yang paling sering. Timbul dalam 24 jam kehidupan dalam kebanyakan kasus.
2.      Perdarahan otak, dapat timbul sebagai akibat dari kekurangan oksigen atau trauma pada kepala. Perdarahan subdural yang biasanya diakibatkan oleh trauma yang dapat menimbulkan kejang.
3.      Gangguan metabolic, seperti :
a.       Kekurangan kadar gula darah (hipoglikomia) , sering timbul dengan gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan pada bayi dengan ibu penderita diabetes melitus (DM). Jangka waktu antara hipoglikemia dan waktu sebelum pemberian awal pengobatan merupakan waktu timbulnya kejang. Kejang lebih jarang timbul pada ibu penderita diabetes, kemungkinan karna waktu hipoglikemia yang pendek.
b.      Kekurangan kalsium (hipokalsemia), sering ditemukan pada bayi berat badan lahir rendah, bayi dengan ibu penderita DM, bayi asfiksia, bayi dengan ibu penderita hiperparatiroidisme.
c.       Kekurangan natrium (hipernatremia), biasanya timbul bersamaan dengan dehidrasi atau pemakaian bikarbonat berlebihan.
4.      Kelainan metabolik lain :
a.       Ketergantungan piridoksin mengakibatkan kejang yang resistan terhadap antikonvulsan. Bayi dengan kelainan ini mengalami kejang intrauterin dan lahir dengan meconium staining.
b.      Gangguan asam amino : kejang pada bayi dengan gangguan asam amino sering disertai dengan manifestasi neurologi. Hiperamonemia dan asidosis sering timbul pada gangguan asam amino
5.      Infeksi sekunder akibat bakteri atau non bakteri dapat timbul pada bayi dalam kandungan, selama persalinan, atau pada periode perinatal :
a.       Infeksi bakteri meningitis akibat infeksi groupB streptococcus, Escherechia coli, atau listeria monocytogenes sering menyertai kejang selama minggu pertama kehidupan
b.      Infeksi non bacterial penyebab non bacterial seperti toxoplasmosis, dan infeksi oleh herpes simplex, cytomega lovirus, rubella dan coxackaie B virus dapat menyebabkan infeksi intrakranial dan kejang.


C.     Jenis Kejang

Kejang klonik
  • Berlangsung selama 1-3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran
  • Dapat disebabkan trauma fokal
  • BBL dengan kejang klonik fokal perlu pemeriksaan USG, pemeriksaan kepala untuk mengetahui adanya perdarahan otak, kemungkinan infark serebri
  • Kejang klonik multifokal sering terjadi pada BBL, terutama bayi cukup bulan dengan BB>2500 gram
  • Bentuk kejang : gerakan klonik pada satu atau lebih anggota gerak yang berpindah-pindah atau terpisah secara teratur, misal kejang klonik lengan kiri diikuti kejang klonik tungkai bawah kanan
Kejang tonik
a.       Tonik umum
·         Terutama bermanifestasi pada BBL kurang bulan < 2500 gram
·         Fleksi atau ekstensi tonik pada ekstremitas bagian atas, leher atau batang tubuh dan berkaitan dengan ekstensi tonus pada ekstremitas bagian bawah.
·         Pada 85% kasus kejang tonus tidak berkaitan dengan perubahan otonomis apapun seperti meningkatnya detak jantung atau tekanan darah, atau kulit memerah.

b.      Tonik focal
·         Terlihat dari postur asimetris dari salah satu ekstremitas atau batang tubuh atau kepala tonik atau deviasi mata.
·         Sebagian besar kejang tonik terjadi bersama dengan difusi penyakit sistem syaraf pusat dan perdarahan intraventrikular
Kejang mioklonik
a.       Kejang myoklonik focal biasanya melibatkan otot fleksor pada ekstremitas.
b.      Kejang myoklonik multi-focal yang terlihat sebagai gerakan kejutan yang tidak sinkron pada beberapa bagian tubuh.
Kejang ringan
              Kejang jenis ini terjadi sehubungan dengan adanya jenis kejang lain dan mungkin bermanifestasi dengan :
·         Gerakan stereotip ekstremitas seperti gerakan mengayuh sepeda atau berenang.
·         Deviasi atau gerakan kejut pada mata dan mengedip berulang kali.
·         Ngiler, menghisap atau mengunyah.
·         Apnea atau perubahan tiba-tiba pada pola pernafasan.

D.    Diagnosis Kejang
Diagnosis dapat ditegakkan dengan :
1.      Anamnesis yang diteliti dari keluarga, kehamilan, dan persalinan. Riwayat kejang pada bayi baru lahir terdahulu dapat mengarahkan kita kepada penyakit herediter seperti fenilketonuria dan sebagainya. Pada kelainan herediter yang lain seperti tubersklerosis, diagnosis dapat ditegakkan dengan menemukan kelainan kulit pada anggota keluarga lainnya. Sering kali ibu mempunyai adenoma sebaseum. Hendaknya diperhatikan pula obat yang digunakan ibu pada waktu hamil, misalnya barbiturat. Riwayat kehamilan ibu dengan demam, pembesaran kelenjar dan kemerahan kulit bisa mengikatkan kita pada penyakit rubella, toxoplasmosis dan sebagainya. Riwayat kehamilan penting untuk diketahui apakah normal atau tidak normal, berat badan bayi apakah bayi menangis kuat langsung sesudah lahir dan sebagainya.
2.      Manifestasi klinik berupa kejang atau “fit”
3.      Pemeriksaan pediatrik dan neurologik yang lengkap, termasuk pemeriksaan jantung dan paru. Pemeriksaan kulit yang teliti untuk mencari kemungkinan adanya petekia, sianosis, ikterus, dan sebagainya. Pada pemeriksaan abdomen dicari kemungkinan adanya hepatosplenomegali dan sebagainya. Pemeriksaan neurologik lengkap mengenai bentuk kejang,  adanya “hemissyndrome”, hilangnya refleks moro dan sebagainya. Inspeksi dan palpasi kepala apakah terdapat depresi, fraktur, molase yang terlalu hebat. Pemeriksaan funduskopi sangat penting pada kejang neonatus. Perdarahan retina menunjukkan kemungkinan perdarahan intrakranial, korioretinitis dapat terjadi pada toxoplasmosis, infeksi “cytomegalovirus”atau rubella. Adanya stasis vaskuler dengan pelebaran vena di retina dengan bentuk yang berkelok-kelok sering ditemukan pada sindrome hiperviskositas. Transiluminasi kepala dapat menolong diagnosis kemungkinan penimbunan cairan subdural setempat, atau adanya kelainan konginital seperti porensefali atau hidransefali. Bila ubun-ubun besar menonjol tanpa tanda-tanda infeksi selaput otak, dapat dilakukan tap subdural secara hati-hati.
4.      Pemeriksaan laboratorium yang penting ialah pemeriksaan darah terhadap kadar gula, kalsium, fosfor, magnesium, natrium, dan kalium secara rutin. Pemeriksaan dengan “dextrostix” dapat membantu diagnosis hipoglikemi secara cepat, sehingga pengobatan dapat segera dilakukan sambil menunggu hasil pemeriksaan “true glucose”. Bila didapatkan tanda sepsi, harus dilakukan pemeriksaan kultur darah. Pungsi lumbal untuk pemeriksaan cairan serebrospinalis harus dilakukan. Pada tanda-tanda terdapat hiperviskositas, harus diperiksa konsentrasi hematokrit,kadar hemoglobin, dan hitung eritrosit. Bila tidak didapatkan kontrraindikasi mobilisasi, harus dilakukan pemeriksaan ultrasonografi dan foto rontgen kepala. Pemeriksaan EEG sebaiknya dilakukan pada setiap kejang pada neonatus karna pemeriksaan ini dapat membantu diagnosis, pengobatan dan dapat memberikan gambaran progmosis.

E.     Penatalaksanaan Kejang
1.      Atasi kejang
2.      Sebelum menghentikan kejang maka lakukan : semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung.
3.      Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen.
4.      Pengisapan  lendir harus  dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.
5.      Segera berikan diazepam intravena : dosis rata-rata 0,3 mg/kg BB atau diazepam rektal dosis BB kurang dari 10 kg, 5 mg, lebih dari 10 kg dosis 10 mg, jika kejang tidak berhenti tunggu 15 menit, dapat diulang dengan dosis yang sama, setelah kejang berhenti, maka diberikan dosis awal fenobarbital yakni : pada neonatus dosis 30 mg secara intramuscular, pada bayi umur 1 bulan sampai 1 tahun dosis 50 mg intramuscular, pada anak lebih dari 1 tahun dosis 75 mg.
6.      Pada pengobatan pemeliharaan : 4 jam kemudian (setelah kejang berhenti) hari ke-1 dan ke-2 berikan  fenobarbital dosis 9-10 mg/kg BB, dibagi dalam 2 dosis. Hari berikutnya fenobarbital 4-5 mg/kg BB dibagi dalam 2 dosis.
7.      Jika diazepam tidak tersedia, langsung dipakai fenobarbital dengan dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengann pengobatan pemeliharaan.
8.      Bidan boleh memberikan anti kejang jika sudah dilakukan kolaborasi dengan dokter. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar